Jumat, 23 Oktober 2009

Mulai dengan bismillaahirrahmaanirrahiim....


Adalah tidak semata Jin dan Manusia diciptakan Allah SWT, kecuali untuk beribadah kepadaNya. Pertama kali saya mendengar ayat ini adalah ketika kuliah Agama Islam di semester pertama. Saya berfikir, kiranya hampir semua muslim yang pernah mengikuti kuliah agama islam di perguruan tinggi mungkin sudah bisa dipastikan telah pernah mendengar redaksi ayat ini. Ketika dosen menerangkan makna ayat ini, ia mengajak mahasiswa untuk membuka nalarnya. Bagaimana cara melaksanakan ibadah selama 24 jam penuh?. Setiap orang didorong untuk menjawab dan mengemukakan alasannya masing-masing. Saya sendiri, saat itu dalam fikiran sendiri mengatakan ini suatu hal yang tidak mungkin. Tetapi di sisi lain fikiran saya meyakini sepenuhnya akan ayat ini. Pasti ada sesuatu hal yang belum saya mengerti sampai saat itu. Akhirnya pertanyaanpun tak terjawab minggu itu. Dan sang dosen memberikan tugas kepada kami semua untuk mencari jawabannya dan mendiskusikannya kembali minggu depan. Layaknya seorang mahasiswa tingkat pertama yang lingkungan keluarganya bukan dari kalangan santri, saya dan teman-teman tak terlalu memikirkan tugas tersebut.

Akhirnya minggu yang ditentukanpun datang. Dosen agama islam bertanya kembali tentang makna ayat tersebut dan... kembali hening tak ada yang bisa menjawab. Mungkin saat itu teman-teman yang lain ingin berfikiran sama dengan saya. Tetapi mengatakan suatu hal yang tidak mungkin akan sebuah ayat dalam AlQur'an yang selama 18 tahun terakhir diyakini kebenarannya adalah jauh lebih berat daripada mengambil sikap diam menunggu jawaban yang tepat dari sang dosen. Kami semua menunggu dengan perasaan ingin tahu yang sangat.

Kemudian sang dosenpun angkat bicara dan menerangkan hal ikhwal pengertian ayat tersebut. Ibadah adalah segala hal aktivitas yang dilakukan dengan sadar semata untuk mengharap ridha Allah SWT. Ada ibadah mahdah dan ada ibadah ghaira mahdah. Ibadah mahdah adalah ibadah yang langsung berkaitan dengan peraturan Allah SWT dan tata cara yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Sedangkan ibadah ghaira mahdah adalah ibadah yang berkaitan dengan segala aktivitas manusia. Baik itu aktivitas pribadi maupun interaksi antara sesamanya. Benang merahnya adalah sesuatu aktivitas bisa dikatakan ibadah kepada Allah SWT dalam kaitan ghaira mahdah, jika dan hanya jika dilakukan dengan niat semata mengharap ridha Allah dan diawali dengan bismillaahirrahmaanirrahiim...


Saya sangat beruntung memiliki dosen agama islam seperti ini. Dengan penjelasan tersebut telah membuka wawasan baru tentang apa itu ibadah sebenarnya. Tak hanya itu, kuliah tersebut telah memicu semangat dalam lubuk hati terdalam. Sehingga niat kuliah bukan lagi semata untuk sebuah nilai dan status sosial, melainkan untuk menjadi yang terbaik dengan landasan ibadah kepada Allah SWT. Kami teman-teman seangkatan merasakan kebersamaan dalam belajar. Saling membantu bertukar informasi tentang perkuliahan. Berbagi ilmu dari yang 'mampu' kepada yang belum memahami. Tetapi tetap dalam koridor ibadah yang termanifestasi dalam sikap jujur. Karena pada saat ujian berlangsung, meskipun ada kesempatan untuk bertukar informasi, hal ini tidak kami lakukan. Dan semua teman-teman memahami hal ini sepenuhnya.


Kesepakatan untuk beramal baik dalam kebenaran dan kejujuran pasti selalu ada ujiannya. Begitupun kami, saat belajar bersama, kami sepakat untuk totalitas berbagi informasi. Sedangkan saat ujian, kesepakatan kami adalah tidak boleh seseorang merugikan yang lainnya melalui sebuah sikap 'dianggap' baik dengan cara memberikan jawaban kepada teman yang sedang kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal ujian. Ketika akhirnya nilai mata kuliah diumumkan, maka disinilah ujian sebenarnya itu tampak. Ada yang merasa lebih 'mampu' dan telah mengajarkan teman lain yang 'kurang' memahami, ternyata mendapat nilai lebih rendah. Sedangkan si 'murid' malah mendapat nilai diatasnya. Ada semacam kekecewaan yang sekilas tampak sepele saat itu. Tetapi ternyata hal demikian itu terbawa sampai saat ini. Ada seorang teman yang kecewa. Ia dahulu merasa lebih mampu di bangku kuliah tetapi saat reuni, keadaannya tidak seberuntung teman yang pernah selalu bertanya saat kuliah kepadanya. Dan anehnya, si teman yang sedang 'beruntung' ini malah seolah memperlihatkan kepuasannya melihat kekecewaan teman yang pernah membantunya saat kuliah dahulu.


Inilah konsekwensi yang harus dijalani manakala seseorang menetapkan sesuatu hal sebagai ibadah kepada Allah SWT. Ia harus selalu sadar akan niat yang pernah ditetapkannya saat melakukan kebaikan tersebut. Ia pun harus yakin sepenuhnya bahwa kebaikan yang pernah dilakukannya telah berbuah di hadapan Allah SWT. Jika tak diperolehnya saat ini di dunia fana ini, maka itu akan diberikan Allah SWT di akhirat kelak. Atau dengan kata lain, jika saat dia masih hidup tak diperoleh balasannya dari manusia maka dia tak harus merasa kecewa. Karena dia menyadari semua yang dilakukannya dahulu untuk membantu temannya tersebut ditujukan untuk mendapat balasan dari Allah SWT saja yang Maha Menepati Janji. Bukan dari seorang teman yang pernah ditolongnya dan malah kurang memperlihatkan terima kasihnya kepada dia.

Inilah kiranya sebuah makna segala sesuatu yang dikerjakan dengan bismillaahirrahmaanirrahiim, Insya Allah akan diberikan balasannya di hadapan Allah SWT dengan tidak dikurangi sedikitpun. Wallahu A'lam Bishowab....

1 komentar:

  1. Bagi pembaca blog ini, saya mohon komentar konstruktifnya atas tulisan diatas. Demikain pula saya akan sangat berterima kasih sekali apabila ada teman-teman blogger yang mau menyarankan perbaikan tampilan blog yang masih sangat sederhana ini.

    BalasHapus